Lipstik
Lipstik
adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan
artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang
dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan
warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat
dan menarik (Ditjen POM, 1985).
Lipstik
adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang
dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila pengemasan dilakukan dalam bentuk
batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan bantuan pensil warna untuk
memperjelas hasil usapan pada bibir. Sebenarnya lipstik adalah juga lip crayon
yang diberi pengungkit roll up untuk memudahkan pemakaian dan hanya sedikit lebih
lembut dan mudah dipakai. Lip crayon biasanya menggunakan lebih banyak lilin
dan terasa lebih padat dan kompak.
Lipstik
terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari
campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik yang
ideal yang sesungguhnya diatur suhunya hingga mendekati suhu bibir, bervariasi
antara 36-38ºC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap
suhu cuaca disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, maka suhu lebur
lipstik dibuat lebih tinggi yang dianggap lebih sesuai dan diatur pada suhu
lebih kurang 62ºC, atau bisanya berkisar antara 55º-75ºC.
Persyaratan
untuk lipstik yang diinginkan atau dituntut oleh masyarakat, antara lain
(Tranggono dan Latifah, 2007):
1.
Melapisi
bibir secara mencukupi
2.
Dapat
bertahan di bibir selama mungkin
3.
Cukup
melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket
4.
Tidak
mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir
5.
Melembabkan
bibir dan tidak mengeringkannya
6.
Memberikan
warna yang merata pada bibir
7.
Penampilannya
harus menarik, baik warna maupun bentuknya
8.
Tidak
meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik-bintik, atau
memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.
2.7.1 Komponen utama
dalam sediaan lipstik
Adapun
komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin , lemak dan zat
warna.
1.
Minyak
Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan, kilauan,
dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna (Poucher, 2000). Minyak yang
sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral, dan minyak nabati
lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas
yang tinggi dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik.
Minyak jarak merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern.
Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda
pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga
dispersi pigmen benar benar merata.
2.
Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang ideal
akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 dan mampu mengikat
fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut
dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang
digunakan antara lain carnauba wax, candelilla wax, beeswax, ozokerites,
spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax merupakan salah satu
lilin alami yang yang sangat keras karena memiliki titik lebur yang tinggi
yaitu 85. Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan
kekerasan lipstik.
3.
Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah
pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai
pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan
pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik
adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan
lain-lain.
4.
Zat
warna
Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan
pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi
dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi
tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing memiliki
arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan komposisi
sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan.
2.7.2 Zat tambahan dalam sediaan
lipstik
Zat tambahan
dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk
menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada
tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan
alergi, stabil, dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula
lipstik. Zat tambahan yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum.
1.
Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain
yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah antioksidan
yang paling sering digunakan (Poucher, 2000). Antioksidan yang digunakan harus
memenuhi syarat (Wasitaatmadja, 1997):
a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika
b. Tidak berwarna
c. Tidak toksik
d. Tidak berubah meskipun disimpan lama.
2.
Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika
lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan
lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu
ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan
yaitu metil paraben dan propil paraben.
3.
Parfum
Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan, menutupi bau
dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi bau yang mungkin
timbul selama penyimpanan dan penggunaan lipstik .