BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Beberapa Istilah
a. Imunologi
Adalah
ilmu yang mempelajari hal – hal yang berhubungan dengan daya tahan/ kekebalan/
imunitas tubuh terhadap serangan kuman/ mikroorganisme yang dapat menimbulkan
penyakit terutama penyakit infeksi.
b. Imunitas/ kekebalan
Adalah
suatu sifat yang dimiliki tubuh untuk melawan/ menolak/ resistensi serangan
penyakit terutama penyakit infeksi.
c. Sistem imun
Adalah
sel atau gabungan sel – sel/ molekul – molekul dan jaringan yang berperan dalam
menolak/ resistensi terhadap mikroorganisme atau bahan lainnya.
Sistem
imun atau kekebalan diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya dari
bahaya yang dapat timbul akibat berbagai bahan atau mikroorganisme yang ada di
lingkungan.
1.2.Latar Belakang dan Sejarah
Konsep imunologi
dikembangkan dari pemikiran adanya perlawanan tubuh terhadap infeksi ulang.
Beberapa abad yang lampau
telah diketahui bahwa penyembuhan penderita dari suatu penyakit infeksi akan
diikuti oleh kemampuan tubuh penderita untuk melawan infeksi ulang.
Pada abad ke XI dikenal
cara imunisasi yang primitif (sederhana) seperti:
- Di negeri
China para dukun/ tabib menggunakan tepung kerak cacar untuk mencegah serangan
penyakit cacar dimana pasien/ penderita diberi/ disuruh menghirup kerak cacar.
- Hal yang serupa
terjadi di Timur Tengah dimana tabib menggunakan tepung kerak cacar pada bahan
kosmetik dimaksudkan untuk mencegah serangan penyakit cacar terutama pada
remaja putri.
Konsep imunologi primitif ini berlangsung sampai
abad XVIII.
1.3.Pelopor Konsep Imunologi Modern (Metode Ilmiah)
a. Edward Jenner
Edward
Jenner sebagai mahasiswa kedokteran melakukan inokulasi (=penanaman sesuatu/
kuman ke media pertumbuhan/ jaringan/ tubuh manusia).
Kerak
cacar sapi pada seseorang ternyata dapat melindungi orang tersebut dari
serangan penyakit cacar.
Edward
Jenner melakukan penelitian ini berdasarkan pengamatannya terhadap seorang
pemerah susu sapi dimana sapi tersebut pernah terjangkit penyakit cacar sapi.
Ternyata pemerah susu sapi tadi kebal terhadap penyakit cacar.
b. Louis Pasteur
Louis
Pasteur melakukan penyelidikan/ pengembangan tekhnik pembiakan mikroorganisme
secara in vitro sehingga ditemukan vaksin.
c. Robert Koch
Robert
Kock menemukan basil tuberculosis kemudian dikembangkannya dalam bentuk vaksin
yang digunakan untuk mencegah penyakit tuberculosis.
d. Roux dan Yersin
Kedua
sarjana ini meletakkan dasar – dasar penemuan antitoksin. Mereka berhasil
mengisolasi basil diphteri dan pada saat yang sama diketahui bahwa organisme
tersebut mengeluarkan larutan toksin.
Kemudian
oleh Van Behring dan Kitasato larutan tersebut diinokulasikannya pada hewan
percobaan kemudian diambil serum hewan tersebut ternyata di dalam serum
terdapat suatu zat yang dapat menetralkan toksin diberi nama antitoksin.
Zat
antitoksin terrsebut dapat dipindahkan ke hewan yang lain yang belum pernah
diberi toksin yang sama. Proses ini merupakan cara – cara imunisasi modern
untuk mencegah penyakit disebut imunisasi pasif.
e. Pfeiffer dan Bordet
Kedua
ahli ini berhasil memisahkan suatu zat di dalam serum yang berbeda dari
antibodi tetapi ikut serta dalam proses penghancuran bakteri. Zat tersebut
dinamakan komplemen.
f. Paul Erlich
Paul
erlich mengembangkan teori humoral yaitu pengaruh zat kimia yang keluar/
dihasilkan oleh sel unutk pembentukan antibodi.
g. Elie Metchnikoff
Elie
Metchnikoff mengembangkan teori seluler yaitu pengaruh biologis sel pada reaksi
atau perlawanan hospes/ tubuh terhadap benda asing.
Teori
humoral maupun teori seluler saling terkait karena di dalam tubuh manusia baik
faktor seluler maupun humoral saling tergantung sangat erat.
1.4.Fungsi Kekebalan (Imunitas) Tubuh
Kekebalan tubuh menjalankan tiga
fungsi, yaitu:
a. Fungsi Pertahanan
Fungsi
pertahanan dimaksudkan untuk melawan masuknya mikroorganisme. Dalam hal ini
mikroorganisme akan berhadapan dengan elemen – elemen pertahanan seluler. Bila
pertahanan seluler dapat mengalahkan mikroorganisme maka tubuh akan keluar
sebagai pemenang. Tetapi bila terjadi sebaliknya yaitu elemen – elemen
pertahanan seluler mengalami kekalahan maka akan terjadi 2 hal:
·
Elemen
seluler akan menjadi hiperaktif ditandai dengan timbulnya hal – hal yang tidak
diinginkan seperti alergi.
· Elemen
seluler menjadi hipoaktif maka tubuh akan mengalami kepekaan terhadap infeksi
ulang akan bertambah.
b. Fungsi Homeostatis
Fungsi
homeostatis dimaksudkan untuk mempertahankan keseragaman/ kesetimbangan dari
jenis sel – sel tertentu.
Fungsi
ini juga mengawasi fungsi degenerasi dan katabolisme normal serta isi tubuh
lainnya dengan cara melakukan pembersihan elemen – elemen sel yang rusak.
c. Fungsi Pengawasan
Fungsi
pengawasan dari sistem kekebalan tubuh adalah unutk memonitor/ mengenal
terhadap adanya jenis – jenis sel abnormal yang secara tetap selalu terbentuk
di dalam tubuh. Setelah dilakukan pengenalan terhadap sel – sel abnormal tadi
maka sel tersebut akan dibuang.
Kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi ulang didasarkan pada bahwa manusia/ hewan merupakan makhluk
multiseluler yang mempunyai kemampuan untuk mengenal atau mengingat bahan atau
zat kimia yang dianggap diri sendiri atau sel dan dapat membedakannya dari
benda asing atau non self. Tubuh akan berusaha untuk mengeluarkan atau
memusnahkan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh/ jaringan. Kemampuan inilah
yang menjadi dasar imunologi. Dengan demikian pengertian yang lebih luas dari kekebalan
yaitu mencakup semua mekanisme fisiologis yang membantu hospes/ tubuh unutk
mengenal, menetralkan, membersihkan atau memetabolisme benda asing tersebut
dengan atau tanpa kerusakan pada jaringan tubuh/ jaringan sendiri.
Sistem kekebalan tubuh
dapat dibedakan atas:
1.
Sistem
kekebalan alamiah, dan
2.
Sistem
kekebalan didapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar